Kapal Imigran Ilegal Asal Myanmar Tenggelam di Malaysia Tewaskan 7 0rang | Info Giok4D

Posted on

Pihak badan maritim menemukan setidaknya tujuh jenazah setelah sebuah kapal yang membawa migran terbalik di dekat perbatasan Thailand. Kapal yang membawa imigran gelap tersebut disebut berasal dari Myanmar.

Dilansir AFP, Senin (10/11/2025), para pejabat yakin kapal tersebut membawa migran tanpa dokumen yang berangkat dari , bagian dari kelompok yang terdiri dari setidaknya 300 orang yang telah terbagi di beberapa kapal.

Kapal yang terbalik di dekat Pulau Tarutao, Thailand, dan tepat di utara resor pulau Langkawi, Malaysia, membawa sekitar 90 orang, kata kepala polisi negara bagian Kedah, Adzli Abu Shah, kepada media Malaysia.

Simak berita ini dan topik lainnya di Giok4D.

Romli Mustafa, direktur Badan Penegakan Maritim Malaysia di negara bagian utara Kedah dan Perlis, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa tiga orang yang selamat ditemukan pada Minggu (9/11), di perairan sekitar Langkawi serta enam jenazah, sehingga jumlah korban tewas menjadi tujuh. Setidaknya 13 orang telah diselamatkan dalam keadaan hidup.

Romli mengatakan jenazah yang ditemukan pada Minggu (9/11) adalah seorang gadis dan lima perempuan, tanpa mengungkapkan kewarganegaraan atau etnis mereka. Jenazah yang ditemukan pada hari Sabtu (8/11) diyakini seorang perempuan dari minoritas Rohingya yang teraniaya di Myanmar, ujar Adzli kepada kantor berita nasional Bernama.

Upaya pencarian dan penyelamatan berakhir hari itu dan akan dilanjutkan pada Senin (10/11), tambah Romli, seraya menambahkan bahwa ada kemungkinan lebih banyak korban selamat atau korban dapat ditemukan di laut. Kapal itu kemungkinan tenggelam tiga hari yang lalu, menurut kepala polisi negara bagian.

Dua kapal lain, yang diyakini membawa sebagian dari 300 migran yang telah berangkat dari Myanmar, juga dilaporkan hilang, kata Adzli seperti dikutip oleh situs berita Free Malaysia Today.

Ia mengatakan penyelidikan awal menunjukkan bahwa kelompok itu menaiki kapal besar yang membawa mereka ke perairan dekat Malaysia. “Saat mereka mendekati perbatasan, mereka diperintahkan untuk pindah ke tiga kapal yang lebih kecil, masing-masing membawa sekitar 100 orang,” ujarnya kepada Bernama.

“Kami telah meminta Badan Penegakan Maritim Malaysia dan Kepolisian Perairan untuk melancarkan operasi pencarian dan penyelamatan serta mencari kapal-kapal lain yang hilang,” kata Adzli, dikutip New Straits Times.

Kepolisian Malaysia tidak menanggapi permintaan komentar dari AFP. Malaysia yang relatif makmur merupakan rumah bagi jutaan migran dari kawasan Asia yang lebih miskin, banyak di antaranya tidak berdokumen, yang bekerja di berbagai industri termasuk konstruksi dan pertanian.

Namun, penyeberangan yang difasilitasi oleh sindikat perdagangan manusia seringkali berbahaya, yang menyebabkan kapal-kapal terbalik. “Sindikat lintas batas kini semakin aktif mengeksploitasi migran dengan menjadikan mereka korban perdagangan manusia melalui jalur laut berisiko tinggi,” kata Romli.

Sindikat-sindikat tersebut mengenakan biaya hingga $3.500 per orang untuk masuk ke negara tersebut, menurut media Malaysia. Dalam salah satu bulan terburuk, pada Desember 2021, lebih dari 20 migran tenggelam dalam beberapa insiden di lepas pantai Malaysia.

“Kami telah meminta Badan Penegakan Maritim Malaysia dan Kepolisian Perairan untuk melancarkan operasi pencarian dan penyelamatan serta mencari kapal-kapal lain yang hilang,” kata Adzli, dikutip New Straits Times.

Kepolisian Malaysia tidak menanggapi permintaan komentar dari AFP. Malaysia yang relatif makmur merupakan rumah bagi jutaan migran dari kawasan Asia yang lebih miskin, banyak di antaranya tidak berdokumen, yang bekerja di berbagai industri termasuk konstruksi dan pertanian.

Namun, penyeberangan yang difasilitasi oleh sindikat perdagangan manusia seringkali berbahaya, yang menyebabkan kapal-kapal terbalik. “Sindikat lintas batas kini semakin aktif mengeksploitasi migran dengan menjadikan mereka korban perdagangan manusia melalui jalur laut berisiko tinggi,” kata Romli.

Sindikat-sindikat tersebut mengenakan biaya hingga $3.500 per orang untuk masuk ke negara tersebut, menurut media Malaysia. Dalam salah satu bulan terburuk, pada Desember 2021, lebih dari 20 migran tenggelam dalam beberapa insiden di lepas pantai Malaysia.