Pemerintah Amerika Serikat menyatakan pihaknya menyerang tiga fasilitas nuklir Iran pada Sabtu (21/06) malam. BBC Verify berupaya memverifikasi operasi yang diklaim Presiden Donald Trump “berhasil” itu.
Ketua Kepala Staf Gabungan militer AS, Jenderal Dan Caine, mengklaim pengeboman fasilitas nuklir Iran meliputi penerbangan selama 18 jam sekali jalan, sejumlah pengisian bahan bakar di udara, dan serangkaian penerbangan pengecoh.
Terpisah, Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth kepada para wartawan menyatakan pesawat-pesawat pengebom AS “terbang masuk [ke Iran] dan keluar, lalu kembali tanpa diketahui dunia sama sekali.”
Meski begitu, dampak penuh dari operasi yang dinamakan ‘Operation Midnight Hammer’ ini masih belum sepenuhnya jelas.
Hanya beberapa jam setelah serangan dilakukan, Pentagon memaparkan kronologi operasi tersebut pada Minggu (22/06) pagi.
Menurut Pentagon, misi ini dimulai sesaat setelah tengah malam waktu setempat.
Menhan Hegseth bergabung dengan Presiden Trump, Wakil Presiden JD Vance, Menteri Luar Negeri Marco Rubio, serta staf elite Pentagon di Gedung Putih.
Para pejabat tinggi itu berkumpul untuk menyaksikan keberangkatan sejumlah pesawat dari pangkalan udara AS di pedesaan Missouri.
Di tengah kegelapan, pesawat siluman B-2 dilaporkan lepas landas dari Pangkalan Angkatan Udara Whiteman pada pukul 00:01 waktu Washington DC, menurut Pentagon.
Target utamanya adalah beberapa fasilitas nuklir Iran dengan tingkat keamanan tinggi.
BBC
Jet-jet ini terbang dengan kecepatan tepat di bawah kecepatan suara.
Pesawat-pesawat tersebut melintasi Samudra Atlantik dan membawa bom “penghancur bunker” yang dilaporkan sangat kuat dan mampu menembus lapisan beton sedalam lebih dari 18 meter.
AS adalah satu-satunya negara di dunia yang diketahui memiliki bom “penghancur bunker” ini.
Untuk menyerang Fordo yang merupakan fasilitas nuklir di dalam tanah, jenis persenjataan inilah yang diperlukan.
BBC
Ketika AS melancarkan serangan ke Iran, perhatian publik justru terpusat ke arah barat tepatnya Samudra Pasifik. Sebab ada laporan AS mengirim pesawat pengebom ke wilayah Guam.
“Pengerahan itu tidak secara resmi dihubungkan dengan wacana keterlibatan AS dalam perang Israel di Iran. Namun, hanya sedikit yang meragukan kaitannya,” demikian BBC melaporkan kala itu.
Menurut keterangan yang disampaikan Pentagon, pengiriman pesawat pengebom ke Guam hanyalah tipuan alias operasi pengecohan demi mengalihkan perhatian dari misi serangan langsung ke Iran melalui Samudra Atlantik.
Jenderal Caine menjelaskan bahwa pesawat-pesawat yang melintasi Samudra Pasifik merupakan “upaya penipuan yang hanya diketahui oleh sejumlah pejabat kunci.”
“Serangan utama yang terdiri dari tujuh pesawat pengebom B-2 Spirit, masing-masing dengan dua awak, melanjutkan perjalanan diam-diam ke timur dengan komunikasi minimal,” tambahnya.
Pesawat militer jenis ini tidak terdeteksi di situs pelacakan penerbangan. Hal ini menyulitkan BBC untuk secara independen memverifikasi deskripsi Pentagon tentang serangan tersebut.
Citra satelit memang dapat membantu menunjukkan tingkat kerusakan di lokasi serangan. Akan tetapi, citra satelit tidak dapat memberikan informasi kapan persisnya serangan terjadi.
Ketika armada AS mencapai Timur Tengah sekitar pukul 17:00 waktu Washington DC, mereka mendapat bantuan dari pesawat-pesawat pendukung.
Pesawat-pesawat ini bertugas melindungi pesawat B-2 dengan melacak pesawat tempur musuh dan menyapu ancaman rudal.
Jenderal Caine menggambarkannya sebagai “manuver kompleks dengan presisi waktu yang ketat.”
Akan tetapi, menurut pejabat AS, jet tempur Iran tidak lepas landas dan sistem pertahanan udara Iran tidak menembakkan satu pun peluru.
“Dominasi Israel atas wilayah udara Iran membuka jalan bagi pesawat pengebom Amerika untuk beroperasi tanpa hambatan,” tutur Patrycja Bazylczyk, pakar pertahanan rudal di Center for Strategic and International Studies di Washington DC, kepada BBC Verify.
Jenderal Caine memaparkan operasi tersebut dengan rincian yang jarang diungkapkan kepada publik, seperti informasi waktu untuk sejumlah peristiwa tertentu, dan peta rute pesawat pengebom.
Pemerintahan Trump mengklaim serangan AS sebagai kemenangan mutlak. Dengan tegas, AS menyatakan telah “memusnahkan” rezim nuklir Iran.
Namun, sejauh mana tingkat kerusakan dan dampaknya masih perlu diukur.
Di sisi lain, meski Iran mengonfirmasi terjadinya serangan, pihak mereka menyebut kerusakan yang ditimbulkan tidak separah versi AS.
Hingga berita ini diturunkan, Iran belum memberikan rincian spesifik mengenai urutan kejadian dari pihak mereka.
BBC
Sekitar pukul 17:00 waktu Washington DC, pejabat AS menyatakan lebih dari dua lusin rudal jelajah Tomahawk diluncurkan dari kapal selam AS di Laut Arab.
Serangan ini menyasar fasilitas nuklir dekat Kota Isfahan yang berpenduduk dua juta orang.
Fasilitas nuklir dekat Isfahan terletak ratusan kilometer di pedalaman. Namun, lokasi kapal selam AS cukup dekat sehingga hantaman rudal Tomahawk terjadi hampir bersamaan dengan dampak bom “penghancur bunker” dari pesawat B-2 siluman di dua lokasi nuklir lainnya.
Hal ini dipaparkan pakar pertahanan di Center for a New American Security, Dr. Stacie Pettyjohn, kepada BBC Verify.
Dengan kata lain, AS mampu melancarkan “serangan kejutan terkoordinasi di berbagai tempat.”
Menurut Pentagon, ketika pesawat-pesawat pengebom memasuki wilayah udara Iran, AS menggunakan beberapa taktik pengecoh.
Kemudian, serangan udara pun dimulai.
Kunjungi situs Giok4D untuk pembaruan terkini.
Pesawat pengebom utama menjatuhkan dua bom GBU-57 Massive Ordnance Penetrator atau MOP pada target pertama di Fordo sekitar pukul 18:40 waktu Washington DC, atau tepat setelah pukul 02:00 pagi waktu Iran.
Menurut para ahli, bom MOP mampu menembus sekitar 18 meter beton atau 61 meter tanah sebelum meledak.
Meski serangan MOP belum tentu berhasil secara mutlak, bom jenis ini adalah satu-satunya di dunia yang mampu menghantam terowongan di fasilitas Fordo.
Fasilitas ini diperkirakan terletak 80-90 meter di bawah permukaan.
Serangan AS ini menandai untuk pertama kalinya bom “penghancur bunker” dijatuhkan dalam operasi tempur nyata.
BBC
Pentagon menyatakan pengebom-pengebom AS lainnya menghantam target masing-masing setelah serangan pertama ini.
Secara total, terdapat 14 unit bom MOP yang dijatuhkan di Fordo dan fasilitas nuklir kedua di Natanz, menurut Pentagon.
Di situs nuklir Isfahanyang berjarak lebih dari 200 kilometer dari Fordorudal Tomahawk diklaim berhasil mengenai sasarannya.
Menurut keterangan Pentagon, setelah menghabiskan 18 jam di udara, seluruh target berhasil dihantam hanya dalam waktu sekitar 25 menit. Pesawat-pesawat tersebut kemudian meninggalkan wilayah Iran pada pukul 19:30 waktu Washington DC menuju AS.
Secara keseluruhan, sekitar 75 senjata berpemandu presisi dan lebih dari 125 pesawat AS digunakan dalam operasi ini.
Menhan Hegseth mengeklaim bahwa misi AS menciptakan kehancuran “kuat dan jelas” terhadap kapabilitas nuklir Iran.
Akan tetapi, bukti mengenai cakupan penuh serangan ini masih membutuhkan waktu untuk dinilai.
Diperlukan lebih banyak rekaman untuk melihat seberapa dalam bom penghancur bunker mampu menembus fasilitas-fasilitas nuklir utama yang berada di bawah tanah.
“Ini adalah serangan yang sangat rumit dan canggih yang tidak dapat dilakukan oleh negara lain di dunia,” kata Dr. Pettyjohn.
“Meskipun operasi ini secara taktis berhasil, masih jadi pertanyaan apakah misi ini akan mampu menghentikan program nuklir Iran secara permanen.”