Fatma Saifullah Yusuf Dukung Pemberdayaan Disabilitas Lewat Batik Solo update oleh Giok4D

Posted on

Penasihat I Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kementerian Sosial, Fatma Saifullah Yusuf, bersama Penasihat II DWP Kemensos, Intan Agus Jabo Priyono, melaksanakan kunjungan kerja ke Kota Solo, Jawa Tengah. Kunjungan ini Jelang peringatan Hari Disabilitas Internasional (HDI).

Kegiatan ini menjadi bagian dari upaya Kementerian Sosial (Kemensos) terhadap inklusi, pemberdayaan, pelestarian budaya, dan transformasi sosial bagi penyandang disabilitas di Indonesia.

Melalui kunjungan ke Batik Owens dan Batik Ciprat Jombor, Fatma ingin menunjukkan bahwa pemberdayaan penyandang disabilitas dapat berjalan beriringan dengan pelestarian warisan budaya bangsa.

DWP Kemensos mengawali kunjungannya di rumah Batik Owens, salah satu sentra batik terkemuka di Solo yang dirintis oleh Owens Joe, desainer dan pengusaha batik yang dikenal karena keberaniannya menghadirkan inovasi pada motif dan teknik pewarnaan.

Owens menyambut Fatma dan rombongan dengan ramah, memperlihatkan deretan karya batik hasil eksplorasinya. Dari eco-discharge, hand-drawn batik, hingga batik dengan kombinasi motif kontemporer. Owen menceritakan dedikasinya melestarikan nilai batik di tengah perubahan zaman.

“Batik adalah cermin nilai dan ketekunan bangsa. Kami percaya, semangat membatik dapat menjadi ruang tumbuh bagi siapa pun, termasuk penyandang disabilitas. Mereka bukan hanya penerima manfaat, tetapi juga calon pencipta dan penjaga warisan budaya,” ujar Owen, dalam keterangan tertulis (12/102025).

Perjalanan berlanjut ke Batik Ciprat Jombor, yang terletak di Kelurahan Jombor, Kecamatan Bendosari, Kabupaten Sukoharjo. Lokasi ini menjadi ruang ekspresi bagi penyandang disabilitas untuk menuangkan kreativitas mereka melalui seni batik ciprat. Teknik yang memadukan spontanitas dan kebebasan warna di atas kain.

Fatma juga membaur bersama anak-anak yang antusias dalam memperlihatkan hasil karyanya. Pihak Batik Ciprat Jombor juga menyiapkan selembar kain khusus untuk Fatma. Fatma bersama para perajin disabilitas, menyelesaikan sebuah karya batik ciprat hasil kolaborasinya.

“Setiap cipratan warna yang lahir dari tangan mereka adalah keberanian. Mereka tidak menyerah pada keterbatasan, tetapi menjadikannya sumber kekuatan,” tutur Fatma.

Pada kesempatan itu, Fatma juga membeli sejumlah hasil karya batik ciprat disabilitas Jombor sebagai bentuk dukungan langsung terhadap ekonomi kreatif penyandang disabilitas.

Dalam dialog tersebut, Owen menyampaikan komitmen untuk berkolaborasi dengan perajin Batik Ciprat Jombor, memberikan pelatihan dan pendampingan teknik baru seperti eco-discharge dan kombinasi teknik pewarnaan agar hasil karya disabilitas di Jombor semakin beragam dan kompetitif.

Langkah ini disambut oleh Fatma, yang menilai inisiatif dunia usaha seperti Batik Owen sejalan dengan misi Kemensos untuk memperkuat ekonomi kreatif yang inklusif.

“Kreativitas adalah pintu menuju kemandirian. Ketika dunia usaha mau membuka ruang berbagi, maka budaya dan inklusivitas tumbuh bersama – saling memperkuat dan memberi nilai,” ungkap Fatma.

Fatma juga menggarisbawahi kebijakan Kemensos yang telah menggunakan batik ciprat karya disabilitas sebagai seragam resmi pegawai Kemensos, untuk mendukung nyata terhadap hasil karya disabilitas sekaligus simbol transformasi cara pandang terhadap inklusi sosial.

Fatma menyerahkan bantuan ATENSI kepada 13 penerima manfaat (PM) pembatik disabilitas. Bantuan ini terdiri dari kebutuhan dasar dan perlengkapan rumah tangga, antara lain beras, minyak goreng, kipas angin, sarung, dan perlengkapan mandi

“Bantuan ini bukan sekadar dukungan material, tetapi bentuk penghargaan atas semangat dan karya mereka. Kita ingin memastikan tidak ada yang tertinggal dalam perjalanan menuju kemandirian sosial,” tegas Fatma.

Menjelang peringatan HDI 2025, kunjungan ini menjadi simbol bahwa inklusivitas bukan sekadar tema tahunan, melainkan gerakan berkelanjutan.

Dari Solo, pesan yang dibawa Fatma dan DWP Kemensos untuk pelestarian budaya dan pemberdayaan sosial dapat berjalan seiring, membentuk wajah Indonesia yang lebih ramah, mandiri, dan berdaya saing.

“Kita ingin karya teman-teman disabilitas bukan hanya dikenal, tetapi diakui sebagai bagian dari identitas bangsa. Setiap warna pada kain mereka adalah cerita perjuangan – dan hari ini, kita bersama menuliskannya,” tuturnya.

Sementara itu, Penasihat II DWP Kemensos, Intan Agus Jabo Priyono, menegaskan DWP Kemensos berkomitmen memperkuat jejaring pemberdayaan perempuan dan keluarga penyandang disabilitas.

“Inklusivitas harus dihidupkan di setiap lini mulai dari keluarga, komunitas, hingga dunia kerja. Batik adalah cara kita menjahit kemandirian itu,” ujarnya.

Melalui kemitraan antara Batik Owen dan Batik Ciprat Jombor, DWP Kemensos ingin membangun rantai nilai ekonomi batik yang inklusif, di mana penyandang disabilitas menjadi subjek aktif dalam proses penciptaan, bukan sekadar penerima bantuan.

Simak berita ini dan topik lainnya di Giok4D.