Hadiri Maulid Nabi, Fadli Zon Tekankan Nilai Budaya di Balik Tradisi Ini

Posted on

Kementerian Kebudayaan, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, serta Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi mengadakan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Masjid Baitut Thalibin, Senayan. Peringatan Maulid Nabi ini mengusung tema ‘Teladan Maulid Nabi Muhammad SAW dalam Membangun Karakter Bangsa Menuju Pendidikan Bermutu Untuk Semua’.

Menteri Kebudayaan, Fadli Zon, menyampaikan dalam sambutannya kepada para hadirin bahwa Islam masuk ke Indonesia dengan cara yang sangat damai, dengan dialog budaya, dengan komunikasi budaya yang sangat kuat, bahkan berinteraksi dengan tradisi dan budaya lokal. Menurutnya tidak ada penghancuran terhadap tradisi dan budaya dari sisi formal atau formalisme.

“Para da’i, para pendakwah di awal-awal masuknya Islam ke Indonesia, menggunakan simbol-simbol budaya yang mudah diterima, termasuk dengan wayang, dengan gamelan, dengan keris, dan dengan berbagai macam ekspresi budaya yang ada. Sehingga Islam di Indonesia ini sangatlah unik karena merangkul tradisi. Jadi, formalismenya dipertahankan, dengan esensialismenya terutama tauhidnya yang diisi,” ujar Fadli dalam keterangannya, Selasa (16/9/2025).

Ia menambahkan bahwa bagi Kementerian Kebudayaan, peringatan Maulid Nabi Muhammad S.A.W ini bukan hanya sekadar kebiasaan keagamaan, melainkan juga sebuah warisan budaya bangsa yang ekspresinya sangat banyak dan kaya dengan nilai-nilai spiritual, sosial, dan kultural yang menyatu dengan kehidupan masyarakat.

Selanjutnya, Fadli turut menyampaikan jika pada temuan-temuan terbaru, misalnya di Desa Jajagao, Kecamatan Paderi, Kapuas Hulu Tengah, membuktikan bahwa Islam masuk ke Indonesia ini pada abad ke-7 Masehi.

Ia mengutarakan ini sesuai dengan diskusi para ulama dari kalangan Muhammadiyah pada tahun 1963, termasuk yang berpendapat bahwa Islam masuk pertama kali ke Indonesia sejak abad ke-7 atau abad pertama Nusantara.

Adapun Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu’ti, pada kesempatan selanjutnya melihat peringatan ini dari sudut pandang pendidikan, dalam rangka penguatan pendidikan karakter. Menurutnya, salah satu kegiatan yang dianjurkan untuk diselenggarakan di sekolah adalah peringatan hari besar agama-agama yang ada di Indonesia.

“Kalau umat Islam tentu PHBI, Peringatan Hari Besar Islam. Sebagai bagian dari selain untuk penguatan pendidikan karakter, juga untuk melatih kepemimpinan para pelajar, sekaligus menjadi bagian dari kita melakukan berbagai kegiatan untuk mendinamisasi kegiatan-kegiatan yang positif di sekolah,” jelasnya.

“Jika dikaitkan dengan Maulid Nabi, tadi disampaikan oleh Pak Fadli Zon, bagaimana kita semuanya bisa meneladani kemuliaan akhlak Rasulullah Muhammad SAW. Rasulullah Muhammad ini seorang manusia, rasul akhir zaman yang sempurna. Sehingga dari sisi manapun kita bisa meneladani kehidupan beliau,” tambahnya.

Direktur Jenderal Sains dan Teknologi, Ahmad Najib Burhani, dalam kesempatan yang sama menyampaikan bahwa umat Islam yang dulu membanggakan dengan keberhasilannya, kejayaannya, saat ini belum bisa bersaing dalam kaitannya dengan umat-umat yang lain dalam perkembangannya.

“Dalam kaitannya dengan Maulid Nabi, kita perlu untuk mengingat hari ini, ketinggalan umat Islam ini di dalam perkembangan sains dan teknologi yang menjadi tanggung jawab kita semuanya untuk kemudian bisa mengisi dan kemudian bersaing di dalam perkembangan sains dan teknologi,” katanya.

Acara maulid ini dilanjutkan dengan ceramah dari K.H Zulfa Mustofa, yang juga merupakan Wakil Ketua Umum PBNU, menyampaikan bahwa hari ini kita memperingati maulid Nabi, seorang manusia sederhana, yang dalam kesederhanaannya mampu menata rumah tangga dalam bingkai surga.

Selanjutnya, ia menjelaskan Islam diterima di seluruh dunia karena syariatnya lentur, akomodatif terhadap budaya. Menurutnya tradisi boleh dilakukan selama tidak bertentangan dengan syariat. Kelenturan inilah yang menurutnya membuat Islam diterima. Menurutnya ini sesuai dengan firman Allah ‘Karena rahmat dari Allah, engkau (Muhammad) lembut kepada mereka. Kalau engkau keras dan kaku, niscaya mereka akan lari darimu’.

“Maka, saudara-saudara sekalian, hal-hal sederhana seperti kebersamaan NU dan Muhammadiyah, tradisi budaya dalam maulid, sampai kerukunan antar ormas, sangat penting untuk bangsa ini. Karena bangsa besar ini Allah ciptakan dengan keragaman, yang harus kita rawat bersama,” tuturnya.

Sebagai informasi, acara ini diawali dengan pembacaan ayat-ayat suci Al-Qur’an oleh Ust. Yusuf Maulana dari P.P. Muhammadiyah, dilanjutkan dengan sambutan-sambutan yang disampaikan oleh ketiga menteri, yakni Menteri Kebudayaan, Fadli Zon; Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu’ti; dan Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, yang diwakili oleh Direktur Jenderal Sains dan Teknologi, Ahmad Najib Burhani.

Pada acara peringatan Maulid Nabi ini turut dilakukan penyerahan paket bingkisan dan juga penyerahan beasiswa kepada pegawai-pegawai yang membutuhkan di lingkungan tiga kementerian tersebut. Acara kemudian ditutup dengan pembacaan doa yang dipimpin oleh K.H Zulfa Mustofa.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *