Hubungan Presiden Prabowo Subianto dengan Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva menjadi simbol penting dari bangkitnya diplomasi Selatan-Selatan di era baru multipolar. Di tengah stagnasi ekonomi Barat dan ketegangan geopolitik global, Indonesia dan Brasil tampil sebagai dua kekuatan demokrasi besar di dunia berkembang yang memiliki visi serupa: membangun tatanan ekonomi internasional yang lebih adil, inklusif, dan berdaulat.
Brasil kini memegang presidensi BRICS untuk tahun 2025, sementara Indonesia baru saja diterima secara penuh sebagai anggota organisasi tersebut. Dalam momentum ini, kedekatan Prabowo dan Lula bukan hanya persoalan diplomasi simbolik, tetapi juga fondasi strategis bagi arah baru pembangunan ekonomi Indonesia dan Afrika Selatan – dua negara kunci yang menjadi jembatan antara Asia, Amerika Latin, dan Afrika.
Kekuatan Baru Selatan-Selatan
Prabowo dan Lula memiliki latar belakang yang berbeda, tetapi kesamaan visi. Lula mewakili gerakan progresif Latin yang menentang ketimpangan global, sedangkan Prabowo merepresentasikan nasionalisme pragmatis Asia yang menekankan kedaulatan ekonomi. Pertemuan dua pemikiran ini menghasilkan sinergi yang langka – kombinasi antara ideologi moral kebangsaan dan realpolitik pembangunan.
Dalam pertemuan bilateral awal tahun ini, kedua pemimpin menyepakati langkah konkret di bidang energi hijau, pertanian berkelanjutan, dan teknologi digital. Brasil, dengan kekuatan bioteknologi dan agrikultur tropisnya, menjadi mitra ideal bagi Indonesia yang sedang menjalankan hilirisasi industri dan transisi energi. Melalui kerja sama ini, Indonesia dapat memperoleh akses teknologi, pembiayaan hijau, dan pasar baru di Amerika Latin – sembari membuka jalan bagi Brasil untuk memperluas pengaruh ekonominya ke Asia Tenggara.
Afrika Selatan dan Arah BRICS
Keterlibatan Afrika Selatan memperkuat jalinan ekonomi lintas benua. Negara itu berperan sebagai simpul penting BRICS di Afrika, dan hubungannya dengan Indonesia telah meningkat signifikan sejak kedua negara menegaskan komitmen memperdalam kerja sama perdagangan dan investasi. Indonesia memandang Afrika Selatan bukan sekadar mitra bilateral, melainkan pintu gerbang menuju pasar Afrika yang sedang tumbuh pesat.
Melalui koordinasi tiga arah Indonesia-Brasil-Afrika Selatan, terbentuk poros baru Global South yang potensial: Asia Tenggara sebagai pusat manufaktur, Amerika Latin sebagai basis agrikultur dan bioteknologi, serta Afrika sebagai pasar energi dan sumber daya masa depan. BRICS menjadi forum yang memungkinkan sinergi ini tumbuh, di luar dominasi struktur keuangan Barat.
Manfaat bagi Ekonomi Indonesia
Bagi Indonesia, hubungan dengan Lula memiliki arti strategis dalam beberapa hal. Pertama, diversifikasi pasar ekspor dan investasi: kemitraan dengan Brasil dan Afrika Selatan mengurangi ketergantungan terhadap pasar G7 dan membuka peluang perdagangan lintas Atlantik-Pasifik. Kedua, akses pembiayaan dan teknologi baru melalui New Development Bank (NDB) BRICS, yang memungkinkan proyek infrastruktur dan energi hijau dibiayai dengan skema yang lebih adil. Ketiga, penguatan posisi moral dan diplomatik Indonesia di kancah global – sebagai negara demokrasi besar yang memperjuangkan keseimbangan antara pasar, negara, dan keadilan sosial.
Dalam konteks ini, Prabowo melanjutkan tradisi diplomasi berdaulat yang pernah dirintis oleh Sukarno melalui Konferensi Asia-Afrika, kini diperluas dalam dimensi ekonomi modern berbasis teknologi dan energi bersih. BRICS menjadi wadah alami bagi visi tersebut.
Menuju Ekonomi Global yang Berimbang
Hubungan Prabowo-Lula menunjukkan bahwa diplomasi ekonomi masa depan tidak lagi ditentukan oleh kekuatan modal semata, melainkan oleh solidaritas dan keseimbangan moral antara negara-negara berkembang. Ketika Lula menyerukan integrasi perdagangan intra-BRICS untuk melawan proteksionisme global, Prabowo menegaskan pentingnya keadilan dan kedaulatan ekonomi. Keduanya berbicara dalam bahasa yang sama: pembangunan harus berpusat pada manusia, bukan hanya pada pasar.
Sinergi ini membuka peluang baru bagi Indonesia untuk menjadi penghubung antara Asia dan Amerika Latin, sekaligus mitra strategis Afrika Selatan dalam menciptakan rantai nilai baru di kawasan Selatan. Dalam jangka panjang, hubungan Prabowo-Lula dapat menjadi salah satu fondasi paling penting bagi tatanan ekonomi multipolar yang lebih berimbang dan berkeadilan.
Daftar Referensi
1. East Asia Forum. Indonesia’s BRICS accession underscored by Prabowo’s self-interest. (2025).
2. TV BRICS. President of Brazil: Indonesia stands as crucial partner for Brazil in efforts to solidify position of Global South. (2025).
3. Reuters. Brazil’s Lula calls tighter trade ties in BRICS as tariffs bite. (2025).
4. Setkab.go.id. President Prabowo reaffirms commitment to strengthening relations with South Africa. (2025).
5. Xinhua English News. Indonesia, South Africa pledge to deepen economic cooperation. (2025).
6. Africa Business Insider. Trade tensions push South Africa toward uncharted partnerships with Indonesia and Brazil.
AM Hendropriyono, Sekretaris Pengendalian Operasi Pembangunan RI (1995-1998).
