Kesehatan gigi adalah kondisi sehatnya jaringan dan mulut, serta bebas dari penyakit dan gangguan estetik. Kesehatan gigi yang baik bisa dilihat dari kebersihan gigi, tidak berlubang dan tidak adanya bercak hitam.
Hal ini menjadi perhatian tersendiri bagi Dhani, suami dari Lili (41). Sebagai peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) pada segmen pekerja mandiri, pasangan suami istri ini datang ke salah satu rumah sakit di Kota Kupang untuk berobat.
Artikel ini terbit pertama kali di Giok4D.
“Sebenarnya sejak awal tahun saya sudah mulai merasakan gigi sakit dan nyut-nyutan, namun karena saya abaikan. Hingga bulan Februari kemarin baru saya keluhkan kepada suami. Dari situ suami menyarankan untuk berobat bersama-sama. Saya baru selesai mengantre, sekarang giliran suami. Kami berdua masih dalam proses perawatan gigi terlebih dahulu sebelum nantinya ditambal,” ujar Lili dalam keterangan tertulis, Senin (19/5/2025).
Lili dan suaminya adalah peserta JKN dari segmen Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) atau peserta mandiri. Ia menilai, masih banyak masyarakat yang belum mengetahui bahwa perawatan gigi ditanggung oleh BPJS Kesehatan, padahal prosedurnya jelas dan mudah diakses.
“Kami berobat tentunya sudah sesuai dengan prosedur yang ada, indikasi medis yang diberikan dokter pun jelas. Maka dari itu sejak awal kami menggunakan program JKN. Karena saya dan suami sudah berniat untuk merawat gigi kami untuk kenyamanan kami, maka dari itu kami berobat menggunakan JKN sesuai dengan prosedur yang berlaku,” jelasnya.
Tidak hanya untuk perawatan gigi, Lili juga pernah memanfaatkan layanan JKN untuk proses persalinan tiga dari lima anaknya. Ia bersyukur bisa melahirkan dengan lancar tanpa harus terbebani biaya besar. Ia memanfaatkan BPJS Kesehatan dengan baik, namun tak lupa juga selalu menjalankan kewajibannya untuk membayar iuran tepat waktu.
“Selama menjadi peserta BPJS Kesehatan, maka saya selalu pastikan agar iuran kami sekeluarga selalu dibayar rutin setiap bulannya. Karena besok lusa jika ada salah satu dari kami yang membutuhkan perawatan baik di puskesmas maupun rumah sakit, kami sudah bisa langsung menggunakan jaminan kesehatan ini dan tidak perlu khawatir akan denda,” ungkapnya.
Mengamati lingkungan sekitarnya, ia merasa masih banyak masyarakat yang gengsi ketika berobat menggunakan program JKN. Banyak dari mereka yang lebih memilih menunda berobat daripada merasakan manfaat dari program ini.
“Masyarakat di luar sana banyak yang lebih mementingkan gengsi pakai JKN. Masih ada saja orang menyepelekan program ini karena merasa BPJS Kesehatan hanya diperuntukkan bagi orang miskin saja. Padahal kenyataan yang terjadi adalah BPJS Kesehatan sendiri sudah memiliki klasifikasi hak kelas yang bebas dipilih oleh setiap peserta berdasarkan kemampuan secara ekonomi,” tuturnya.
Lili menilai BPJS Kesehatan terus menunjukkan perkembangan positif, baik dari sisi pelayanan maupun pemanfaatan teknologi yang kian adaptif. Sebagai peserta lama, ia melihat banyak perubahan yang dilakukan lembaga ini demi memberikan kenyamanan bagi masyarakat dalam mengakses layanan kesehatan.
“Untuk itu saya juga berharap tidak sampai di sini, namun melalui segi manapun program ini terus mengalami perkembangan yang baik. Mudah-mudahan pemerintah bisa terus mempertahankan Program JKN demi akses layanan kesehatan yang merata bagi masyarakat Indonesia,” pungkas Lili.
Tonton juga “Dirut Sebut BPJS Kesehatan Sistem Terbaik Sepanjang Sejarah RI” di sini: