Kunjungi Kediri, Gus Ipul Kagum Siswa Sekolah Rakyat Punya Banyak Talenta

Posted on

Menteri Sosial (Mensos) Saifullah Yusuf (Gus Ipul) dibuat kagum dengan bakat dan kemampuan anak didiknya saat menyambangi Sekolah Rakyat Menengah Atas (SRMA) 24 Kediri, Jawa Timur. Kegiatan dialog Kemensos dan Sekolah Rakyat ini, diawali dengan menunjukkan talenta anak-anak dari keluarga miskin dan miskin ekstrem.

“Aku anak kecil yang dulu berjalan tanpa sepatu, melewati lumpur dan jalan berdebu. Ibuku selalu berkata: sekolah saja. Kadang lapar datang lebih dulu dari pelajaran,” ujarnya, dalam keterangan tertulis, Jumat (10/10/2025).

Demikian bait puisi yang disampaikan oleh seorang siswa di acara pembukaan, disusul penampilan Tari Srigayo, pidato Bahasa Inggris, atraksi silat, dan paduan suara di hadapan Gus Ipul, Wakil Bupati Kediri Dewi Maria Ulfa, Anggota DPRD Provinsi Jawa Timur Imam Ma’ruf, tokoh masyarakat, serta para guru, wali asuh, dan seratus siswa SRMA 24 Kediri yang telah beroperasi sejak 14 Juli 2025.

Dalam sambutannya, Gus Ipul menegaskan bahwa Sekolah Rakyat adalah gagasan besar Presiden Prabowo Subianto untuk menjawab masalah kemiskinan dan kesenjangan pendidikan yang selama ini membuat banyak anak tak tersentuh pembangunan.

“Sekolah Rakyat ini dipersembahkan oleh Bapak Presiden untuk membawa mereka yang selama ini tidak terbawa proses pembangunan. Banyak anak-anak yang tidak sekolah, maka Presiden ingin memberikan perhatian khusus lewat pendidikan yang seluruh biayanya ditanggung negara,” kata Gus Ipul.

Hingga kini, sudah berdiri 165 titik Sekolah Rakyat di seluruh Indonesia yang menampung hampir 16.000 siswa dari keluarga prasejahtera. Adapun SRMA 24 Kediri kini menjadi rumah bagi 100 siswa.

Sekolah ini dirancang sebagai sekolah berasrama, dengan kegiatan belajar dan pembinaan karakter setiap hari. Para siswa tinggal di asrama, belajar dengan 17 guru, dibimbing 10 wali asuh dan 4 wali asrama, serta mendapat fasilitas lengkap: makan tiga kali sehari, dua kali snack, seragam, pemeriksaan kesehatan, hingga laptop untuk masing-masing siswa.

“Gedungnya saat ini masih sementara. Insya Allah tahun depan akan dibangun gedung permanen yang bisa menampung lebih dari seribu siswa dari jenjang SD, SMP, hingga SMA. Gedung permanen ini tentu ada ruang kelas, ruang makan, asrama, kegiatan ekstrakurikuler, dan fasilitas lengkap untuk mencetak anak-anak kurang mampu menjadi anak-anak hebat,” jelasnya.

Berbeda dari sekolah konvensional, Sekolah Rakyat tidak mengenal tes akademik dalam penerimaan siswa.

“Yang kami lakukan adalah talent mapping berbasis DNA untuk melihat potensi anak. Karena setiap anak punya kelebihan dan kelemahan masing-masing,” jelas Gus Ipul.

Hasil pemetaan menunjukkan, 37,4 persen siswa memiliki potensi STEM, 39,6 persen unggul di bidang sosial, dan 23 persen di bidang bahasa.

“Anak-anak SR ini tulus, perfeksionis, visioner, dan harmonis. Tapi juga perlu dibimbing agar lebih berani mengambil keputusan dan percaya diri. Itulah tugas guru dan wali asuh,” ujarnya.

Dalam kesempatan itu, Gus Ipul menegaskan ada tiga hal yang tidak boleh terjadi di lingkungan Sekolah Rakyat. Yaitu, tidak boleh ada perundungan atau bullying, tidak boleh ada kekerasan fisik maupun seksual, oleh siapapun terhadap siapapun, dan tidak boleh ada intoleransi atas dasar suku, agama, atau ras. Di hadapan para siswa, guru, dan orang tua, Gus Ipul lantas memimpin ikrar bersama.

“Kami keluarga besar SRMA 24 Kediri bertekad untuk tidak melakukan perundungan, kekerasan baik fisik maupun seksual, serta intoleransi terhadap siapa pun.”

Ia menambahkan, Sekolah Rakyat harus menjadi tempat tumbuh yang aman dan memuliakan. Tidak boleh ada kekerasan dalam bentuk apa pun.

Gus Ipul menyampaikan tiga kunci memahami gagasan besar Sekolah Rakyat. Yaitu, memuliakan wong cilik, menjangkau yang belum terjangkau, dan memungkinkan yang tidak mungkin.

“Banyak anak yang mengubur mimpinya karena tak punya kesempatan. Sekolah Rakyat hadir untuk menghidupkan mimpi itu. Siapa tahu, dari sini lahir seorang presiden,” katanya.

Anak-anak SRMA 24 Kediri kini menjadi simbol perubahan. Dari keluarga dengan penghasilan di bawah Rp1 juta per bulan, dari rumah dua kamar tanpa sertifikat tanah, kini mereka belajar dengan fasilitas yang sebelumnya tak pernah dibayangkan.

Beberapa siswa bahkan telah menunjukkan potensi luar biasa, seperti Aprilia Miftahul Jannah, yang sudah lancar berbicara Bahasa Inggris setelah tiga bulan belajar.

“Waktu seusia saya, saya tidak bisa bahasa Inggris. Tapi kamu hebat jempol dua,” kata Gus Ipul.

Siswa SRMA 24 Kediri, Mey Nasila menyampaikan harapanya dengan bersekolah di Sekolah Rakyat.

“Alhamdulillah, saya sangat bangga bisa sekolah di sini. Dulu tidak pernah merasakan fasilitas seperti ini. Sekarang kesehatan saya lebih baik, makanan bergizi, dan belajar pun semangat. Cita-cita saya ingin jadi Kowad,” ucapnya.

Ibunya, Kartinem, seorang buruh tani berpenghasilan Rp35 ribu-Rp40 ribu per hari, yang menyempatkan diri hadir dalam acara ini, tersenyum haru sambil memeluk putrinya.

“Kalau tidak ada Sekolah Rakyat, saya tidak bisa menyekolahkan anak. Terima kasih Bapak Presiden Prabowo telah menerima anak saya bersekolah di sini. Saya doakan bapak Presiden selalu diberi kelancaran,” ujarnya.

Pendamping sosial, Salis, yang sejak 2019 mendampingi keluarga penerima manfaat PKH di wilayah itu, mengatakan Mey merupakan salah satu contoh keberhasilan integrasi program perlindungan sosial.

“Anaknya sekolah gratis di SR, orang tuanya kita dampingi lewat PKH, BPNT, dan PBI. Nanti juga akan didorong menjadi anggota koperasi Merah Putih agar bisa mandiri,” tutur salis.

Para siswa pun berikrar penuh semangat di akhir acara.

“Kami siswa SRMA 24 Kediri bertekad belajar dengan kasih sayang dan semangat, demi masa depan yang lebih baik,” tutupnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *