Legislator Rajiv Jenguk Korban Keracunan MBG di Dapil Posko KLB Cipongkor

Posted on

Anggota Komisi IV DPR RI dari Fraksi NasDem, Rajiv, menjenguk korban keracunan makan bergizi gratis (MBG) di Posko KLB Cipongkor, Bandung Barat, Jumat (26/9). Diketahui, berdasarkan laporan otoritas kesehatan setempat mencatat sekitar 1.000 korban sejak Senin (23/9).

“Saya turut prihatin atas kejadian ini. Saya datang bukan hanya sebagai wakil rakyat, tapi juga sebagai saudara. Saya ingin memastikan bahwa negara tidak menutup mata atas penderitaan warga, khususnya di Kabupaten Bandung Barat ini,” kata Rajiv di Posko KLB Keracunan MBG dalam keterangan tertulis, Jumat, (26/9/2025).

Dalam pertemuan ini, Rajiv menjenguk langsung para korban agar mengetahui penyebab keracunan massal usai menyantap MBG di daerah pemilihannya (dapil).

Rajiv mendengarkan cerita dari para orang tua maupun korban keracunan MBG dengan gejala pusing, sakit perut, mual dan sesak nafas usai mengonsumsi makanan bergizi gratis (MBG) di sekolahnya. Namun, Rajiv melanjutkan, ketika korban keracunan MBG usai diobati, gejala tersebut kambuh lagi usai pulang ke rumah.

“Jadi mereka sudah diobati di Posko KLB Keracunan MGB, dibolehkan pulang. Begitu sampai di rumah, mereka kambuh lagi akhirnya balik lagi berobat,” ujar Rajiv.

Terungkap, kata Rajiv, perwakilan Badan Gizi Nasional (BGN) menyampaikan adanya kesalahan teknis dari proses masak yang dilakukan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG).

“Perwakilan BGN mengatakan SPPG itu memasak terlalu awal sehingga masakan terlalu lama. Nah, saya minta jangan sampai kejadian seperti ini terulang kembali,” tegas Rajiv.

Maka dari itu, Rajiv mendorong Pemerintah Daerah (Pemda) bersama instansi terkait untuk memperketat pengawasan distribusi bahan pangan, serta memastikan edukasi keamanan pangan sampai ke masyarakat.

“Masyarakat berhak mendapatkan jaminan pangan yang sehat dan aman. Keamanan pangan harus menjadi prioritas, karena ini menyangkut hak dasar setiap manusia,” ujar Rajiv dari Dapil Jawa Barat II meliputi Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Bandung ini.

Menurut Rajiv, kasus keracunan ini tidak boleh dianggap insiden biasa, tetapi harus menjadi peringatan serius atau alarm bahwa sistem keamanan pangan masih rapuh. Sebab, kasus keracunan massal program MBG seperti ini bukan pertama kali terjadi di Indonesia. Sehingga, Rajiv meminta pemerintah dan stakeholders harus lebih serius lagi memperketat pengawasan mulai dari bahan baku, proses produksi, hingga distribusi.

“Jangan menunggu ada korban baru kemudian bergerak. Saya ingin memastikan bahwa negara tidak menutup mata atas penderitaan warga. Apa gunanya kita bicara swasembada, kalau makanan yang beredar justru membuat masyarakat sakit? Kedaulatan pangan bukan hanya soal ketersediaan, tapi juga soal keamanan. Ini tugas besar yang harus segera kita bereskan,” bebernya.

Selain menjenguk, Rajiv juga memberikan bantuan berupa kebutuhan dasar kepada para korban dan keluarganya. Selain itu, bantuan berupa obat, makanan dan minuman, snack, serta bensin untuk sopir ambulance juga diberikan. Ia berharap, langkah kecil tersebut dapat meringankan beban sementara, sembari pemerintah melakukan evaluasi menyeluruh.

“Ini bukan hanya soal kesehatan, tapi juga soal kepercayaan masyarakat. Kita harus pastikan masyarakat merasa aman setiap kali mengonsumsi makanan, baik itu di rumah, sekolah, maupun kegiatan sosial,” imbuhnya.