menjelaskan komitmen Indonesia dalam upaya menurunkan emisi gas rumah kaca. Hanif menyebut Indonesia telah menargetkan penurunan emisi gas rumah kaca hingga 1,5 gigaton pada 2030.
“Pada tahun 2030, Indonesia menargetkan puncak emisi di bawah dua skenario Low Carbon compatible with Paris Agreement (LCCP),” kata Hanif saat membuka Paviliun Indonesia di KTT COP30 Brasil, Senin (10/11/2025).
“Masing-masing sebesar 1.345.707 gigaton CO2e dan 1.491.474 gigaton CO2e. Untuk skenario LCPP Low dan LCPP High,” sambungnya.
Menurut Hanif, Indonesia membuktikan keseriusannya dengan memperbaharui janji penurunan emisi melalui dokumen Second Nationally Determined Contribution (SNDC). Dia menyebut sebelum ada dokumen tersebut, Indonesia hanya memasang target presentasi, tapi kini berbasis tingkat emisi absolut.
“Dibandingkan dengan skenario CM2 dalam Enhanced NDC (1.632.000 gigaton CO2e pada 2030), hal ini mencerminkan penurunan emisi sebesar 8-17, 5%,” kata Hanif.
“Pada tahun 2035, emisi diproyeksikan menurun lebih lanjut menjadi 1.257.717 gigaton CO2e (LCPP Low) dan 1.488.866 gigaton CO2e (LCPP High),” imbuhnya.
Seperti diketahui, digelar di Belem, Brasil, dari 10-21 November 2025. Ada sejumlah agenda penting yang dibawa Indonesia, salah satunya perdagangan karbon.
Dalam KTT COP30, untuk pertama kalinya Indonesia akan memperkenalkan seller meet buyer. Tujuannya untuk mempromosikan potensi karbon Tanah Air.
Menteri Hanif berharap, sepulang dari Brasil, Indonesia bisa membawa pulang Rp 16 triliun dari hasil perdagangan karbon.
Tak lupa Indonesia menjalin kerja sama dengan negara-negara lain dalam upaya mengatasi perubahan iklim. Indonesia juga akan memamerkan capaian dalam penurunan emisi gas rumah kaca.







