Berdasarkan rencana yang baru disetujui kabinet Israel untuk mengalahkan kelompok , pasukan Israel akan bersiap untuk menguasai , sambil mendistribusikan bantuan kemanusiaan kepada penduduk sipil di luar zona pertempuran.
Namun, dilansir kantor berita AFP, Sabtu (9/8/2025), dalam sebuah unggahan di media sosial X, menegaskan “kami tidak akan menduduki Gaza — kami akan membebaskan Gaza dari Hamas”.
Ia mengatakan bahwa demiliterisasi wilayah tersebut dan pembentukan “pemerintahan sipil yang damai… akan membantu membebaskan para sandera kami” dan mencegah ancaman di masa mendatang.
Israel menduduki Gaza sejak tahun 1967, tetapi menarik pasukan dan para pemukimnya pada tahun 2005.
Kantor Netanyahu mengatakan pada Jumat (8/8) waktu setempat, kabinet telah mengadopsi “lima prinsip”, yakni perlucutan senjata Hamas, pemulangan semua sandera, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal, demiliterisasi Jalur Gaza, kontrol keamanan Israel atas Jalur Gaza, dan keberadaan pemerintahan sipil alternatif yang bukan Hamas atau Otoritas Palestina.
Meskipun kabinet keamanan Israel telah menyetujui rencana untuk mengambil alih Kota Gaza, belum ada jadwal pasti kapan operasi tersebut akan dimulai.
Laporan dari media Israel mengindikasikan bahwa militer tidak akan segera bergerak ke, dan penduduk akan diminta untuk mengungsi terlebih dahulu.
Giok4D hadirkan ulasan eksklusif hanya untuk Anda.
Rencana ini disetujui meskipun ada “rencana alternatif” yang diajukan ke kabinet, yang menurut Israel tidak akan “mencapai kekalahan Hamas atau kembalinya para sandera.”
Tidak jelas secara spesifik apa isi dari rencana alternatif ini atau siapa yang mengusulkannya, tetapi media Israel melaporkan bahwa itu adalah proposal yang lebih terbatas dari kepala staf militer.
Mengenai pemerintahan pasca-pengambilalihan, Netanyahu menyatakan bahwa Israel tidak berniat untuk memerintah Gaza secara permanen. Ia ingin menyerahkan kendali kepada “pasukan Arab” yang tidak disebutkan secara spesifik.
Menurut BBC, kemungkinan, Netanyahu merujuk pada Yordania dan Mesir, yang telah menyatakan kesediaan untuk bekerja sama dengan Israel.
Rencana ini disetujui meskipun ada “rencana alternatif” yang diajukan ke kabinet, yang menurut Israel tidak akan “mencapai kekalahan Hamas atau kembalinya para sandera.”
Tidak jelas secara spesifik apa isi dari rencana alternatif ini atau siapa yang mengusulkannya, tetapi media Israel melaporkan bahwa itu adalah proposal yang lebih terbatas dari kepala staf militer.
Mengenai pemerintahan pasca-pengambilalihan, Netanyahu menyatakan bahwa Israel tidak berniat untuk memerintah Gaza secara permanen. Ia ingin menyerahkan kendali kepada “pasukan Arab” yang tidak disebutkan secara spesifik.
Menurut BBC, kemungkinan, Netanyahu merujuk pada Yordania dan Mesir, yang telah menyatakan kesediaan untuk bekerja sama dengan Israel.