Militer tengah melakukan serangan-serangan intensif di . Perdana Menteri (PM) Israel mengatakan pada hari Rabu (21/5) waktu setempat, bahwa seluruh Gaza akan berada di bawah kendali Israel pada akhir serangan intensif tersebut.
“Seluruh Jalur Gaza akan berada di bawah kendali tentara Israel pada akhir operasi saat ini,” kata Netanyahu dalam jumpa pers di Yerusalem, dilansir Al Arabiya, Kamis (22/5/2025).
Ia menambahkan bahwa “kita harus menghindari krisis kemanusiaan untuk menjaga kebebasan tindakan operasional kita.” Netanyahu mengatakan ini seiring meningkatnya tekanan terhadap Israel untuk mengizinkan bantuan masuk ke Gaza yang dilanda perang.
Netanyahu juga mengatakan ia siap untuk “gencatan senjata sementara” guna mengamankan pemulangan para sandera yang ditawan di Gaza.
“Jika ada opsi untuk gencatan senjata sementara guna membebaskan sandera; kami akan siap,” kata Netanyahu, menambahkan bahwa “ada 20 sandera yang pasti masih hidup.”
Ia juga mengatakan Israel mungkin telah membunuh pemimpin Hamas Mohammed Sinwar. terhadap sebuah rumah sakit di selatan menargetkan Sinwar awal bulan ini, tetapi kematiannya sejauh ini belum dikonfirmasi baik oleh Israel maupun Hamas.
Sebelumnya, pemerintah Inggris, Prancis, dan Kanada kompak mengecam serangan militer Israel yang semakin meluas di Jalur Gaza. Ketiga negara itu bahkan mengancam akan melakukan “tindakan konkret lebih lanjut sebagai respons” jika Tel Aviv tidak menghentikan serangan mereka dan mencabut blokade terhadap bantuan kemanusiaan.
Ancaman tersebut secara khusus ditujukan untuk pemerintahan Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu.
“Kami tidak akan tinggal diam sementara pemerintah Netanyahu melakukan tindakan mengerikan ini,” demikian bunyi pernyataan bersama dari Inggris, Prancis, dan Kanada yang dirilis pada Senin (19/5) waktu setempat.
“Kami berkomitmen untuk mengakui negara Palestina sebagai kontribusi untuk mencapai solusi dua negara dan siap bekerja sama dengan pihak-pihak lainnya untuk tujuan ini,” tegas ketiga negara itu.
Netanyahu kemudian membalas kecaman Inggris, Prancis dan Kanada tersebut. Netanyahu mengatakan bahwa mereka telah memberikan “hadiah besar” kepada kelompok Hamas.
“Dengan meminta Israel untuk mengakhiri perang defensif demi kelangsungan hidup kami sebelum Hamas di perbatasan kami dihancurkan dan dengan menuntut adanya negara Palestina, para pemimpin di London, Ottawa, dan Paris menawarkan hadiah besar untuk serangan genosida terhadap Israel pada tanggal 7 Oktober sambil mengundang lebih banyak kekejaman seperti itu,” kata Netanyahu dalam sebuah pernyataan.