Serangan militer Israel di , Palestina, tidak kunjung berhenti. Kala Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pidato di markas Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), puluhan warga Gaza tewas akibat serangan Israel.
Dirangkum infocom, Minggu (28/9/2025), Badan pertahanan sipil Jalur Gaza melaporkan sedikitnya 50 orang tewas akibat serangan militer Israel di berbagai wilayah kantong Palestina tersebut sepanjang Jumat (26/9). Hari itu Benjamin Netanyahu berpidato di Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Netanyahu, dalam pidatonya di New York, Amerika Serikat (AS), bertekad untuk “menyelesaikan pekerjaan” melawan kelompok Hamas.
Militer Israel terus melancarkan serangan terhadap Hamas di Kota Gaza, kota terbesar di Jalur Gaza, di mana ratusan ribu orang terpaksa mengungsi dalam beberapa pekan terakhir.
Badan pertahanan sipil Gaza, pasukan penyelamat yang beroperasi di bawah otoritas Hamas, seperti dilansir AFP, Sabtu (27/9), melaporkan sedikitnya 50 orang tewas di berbagai wilayah Jalur Gaza sejak Jumat (26/9) pagi.
Sekitar 30 korban tewas di antaranya, menurut badan pertahanan sipil Gaza, tewas akibat serangan di area Kota Gaza.
Militer Israel, dalam pernyataannya, mengatakan bahwa Angkatan Udara mereka selama sehari terakhir telah “menyerang lebih dari 140 target di seluruh Jalur Gaza, termasuk para teroris, terowongan dan infrastruktur militer”.
Rekaman video AFP dari kamp pengungsi Al-Shati di dekat Kota Gaza menunjukkan kerusakan parah pada bangunan-bangunan setempat usai serangan udara menghantam area tersebut.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyampaikan pidato hingga 40 menit di Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Saat menutup pidatonya, Netanyahu menyinggung serangan ke Israel pada 7 Oktober 2023.
Sidang Umum PBB berlangsung di Markas PBB, New York, Amerika Serikat (AS) dan disiarkan di YouTube United Nations, Jumat (26/9). Netanyahu pidato hingga 40 menit 7 info, melewati batas durasi yang ditentukan 15 menit.
Pidato Netanyahu hingga 40 menit ini juga disorot oleh media internasional Aljazeera. Aljazera melaporkan bahwa Netanyahu mengakhiri pidatonya yang berdurasi sekitar 45 menit di PBB, disambut tepuk tangan meriah dan ejekan saat meninggalkan podium.
Netanyahu sebelum menutup pidatonya menyatakan bahwa Israel ingin menjadi mercusuar kemajuan. Dia juga menyinggung serangan 7 Oktober 2023 lalu.
“Pada 7 Oktober, musuh-musuh Israel mencoba memadamkan cahaya itu. Tekad dan kekuatan Israel bersinar lebih terang dari sebelumnya, dengan pertolongan Tuhan, kekuatan dan tekad itu akan membawa kita menuju kemenangan yang cepat, menuju masa depan yang gemilang, penuh kemakmuran dan perdamaian,” ujar Netanyahu seperti dilansir Aljazeera.
Dalam pidatonya ini, Netanyahu mengecam pengakuan negara Palestina. Dia mengatakan langkah itu akan memicu lebih banyak serangan.
“Anda tidak melakukan sesuatu yang benar. Anda melakukan sesuatu yang salah, kesalahan yang sangat fatal,” kata Netanyahu.
Dia menyebut pengakuan negara Palestina itu akan memicu serangan lebih lanjut terhadap orang Yahudi. Dia mengklaim bahwa status negara Palestina akan menguntungkan kelompok-kelompok seperti Hamas.
Netanyahu juga membandingkan serangan 7 Oktober 2023 di Israel dengan 11 September 2001 di AS. Perbandingan ini menjadi pembicaraan yang sering digunakan oleh para pendukung perang Israel di Gaza yang berbasis di AS.
“Memberi Palestina sebuah negara satu mil dari Yerusalem setelah 7 Oktober seperti memberi al-Qaeda sebuah negara satu mil dari Kota New York setelah 11 September,” kata Netanyahu.
Anggota delegasi AS yang hadir, yang selama ini merupakan pembela setia Israel di organisasi internasional dan pendukung militer utama, terlihat bertepuk tangan.
“Ini benar-benar gila. Ini gila, dan kami tidak akan melakukannya,” kata Netanyahu.
50 Orang Tewas di Gaza saat Netanyahu Pidato di PBB
Pidato 40 Menit Netanyahu di PBB
Tolak Akui Palestina
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyampaikan pidato hingga 40 menit di Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Saat menutup pidatonya, Netanyahu menyinggung serangan ke Israel pada 7 Oktober 2023.
Sidang Umum PBB berlangsung di Markas PBB, New York, Amerika Serikat (AS) dan disiarkan di YouTube United Nations, Jumat (26/9). Netanyahu pidato hingga 40 menit 7 info, melewati batas durasi yang ditentukan 15 menit.
Pidato Netanyahu hingga 40 menit ini juga disorot oleh media internasional Aljazeera. Aljazera melaporkan bahwa Netanyahu mengakhiri pidatonya yang berdurasi sekitar 45 menit di PBB, disambut tepuk tangan meriah dan ejekan saat meninggalkan podium.
Netanyahu sebelum menutup pidatonya menyatakan bahwa Israel ingin menjadi mercusuar kemajuan. Dia juga menyinggung serangan 7 Oktober 2023 lalu.
“Pada 7 Oktober, musuh-musuh Israel mencoba memadamkan cahaya itu. Tekad dan kekuatan Israel bersinar lebih terang dari sebelumnya, dengan pertolongan Tuhan, kekuatan dan tekad itu akan membawa kita menuju kemenangan yang cepat, menuju masa depan yang gemilang, penuh kemakmuran dan perdamaian,” ujar Netanyahu seperti dilansir Aljazeera.
Dalam pidatonya ini, Netanyahu mengecam pengakuan negara Palestina. Dia mengatakan langkah itu akan memicu lebih banyak serangan.
“Anda tidak melakukan sesuatu yang benar. Anda melakukan sesuatu yang salah, kesalahan yang sangat fatal,” kata Netanyahu.
Dia menyebut pengakuan negara Palestina itu akan memicu serangan lebih lanjut terhadap orang Yahudi. Dia mengklaim bahwa status negara Palestina akan menguntungkan kelompok-kelompok seperti Hamas.
Pidato 40 Menit Netanyahu di PBB
Tolak Akui Palestina
Netanyahu juga membandingkan serangan 7 Oktober 2023 di Israel dengan 11 September 2001 di AS. Perbandingan ini menjadi pembicaraan yang sering digunakan oleh para pendukung perang Israel di Gaza yang berbasis di AS.
“Memberi Palestina sebuah negara satu mil dari Yerusalem setelah 7 Oktober seperti memberi al-Qaeda sebuah negara satu mil dari Kota New York setelah 11 September,” kata Netanyahu.
Anggota delegasi AS yang hadir, yang selama ini merupakan pembela setia Israel di organisasi internasional dan pendukung militer utama, terlihat bertepuk tangan.
“Ini benar-benar gila. Ini gila, dan kami tidak akan melakukannya,” kata Netanyahu.