Presiden mengatakan negaranya menginginkan perdamaian. Namun Pezeshkian juga menegaskan bahwa Teheran tidak akan dipaksa untuk menghentikan dan rudalnya.
Presiden (AS) mengungkapkan pada Kamis (6/11) bahwa Iran telah menanyakan apakah sanksi-sanksi Washington terhadap negara itu dapat dicabut.
Pezeshkian dalam pernyataannya, seperti dilansir Reuters, Sabtu (8/11/2025), mengatakan Iran bersedia melakukan perundingan, namun menolak tunduk terhadap paksaan untuk menghentikan program nuklirnya.
“Kami bersedia mengadakan perundingan di bawah kerangka kerja internasional, tetapi tidak jika mereka mengatakan Anda tidak dapat memiliki ilmu pengetahuan (nuklir), atau hak untuk mempertahankan diri (dengan rudal), atau kami akan mengebom Anda,” kata Pezeshkian dalam pernyataannya.
Iran telah berulang kali menepis kemungkinan negosiasi mengenai kemampuan pertahanan, termasuk program rudalnya, dan gagasan untuk menghentikan semua pengayaan uranium di wilayahnya.
“Kami ingin hidup di dunia dengan damai dan aman, tetapi tidak dipermalukan, dan tidak dapat diterima jika mereka memaksakan apa pun yang mereka inginkan kepada kami dan kami hanya melayani mereka,” tegas Pezeshkian.
“Mereka memasok senjata ke Israel sementara mereka melarang kami memiliki rudal untuk pertahanan, lalu mereka mengebom kami kapan pun mereka mau,” imbuhnya.
Teheran dan Washington telah mengadakan lima putaran perundingan nuklir sebelum perang 12 hari pecah antara Iran dan Israel pada pertengahan Juni lalu.
Israel pada saat itu melancarkan gelombang pengeboman yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Iran, dengan menargetkan fasilitas nuklir dan militer Teheran, serta area permukiman, yang menewaskan lebih dari 1.000 orang, termasuk para ilmuwan nuklir negara tersebut.
Iran membalas dengan melancarkan rentetan serangan rudal balistik dan drone yang ditargetkan ke kota-kota Israel.
Tel Aviv memandang Teheran sebagai ancaman eksistensial. Namun Iran mengatakan rudal balistiknya, dengan jangkauan hingga 2.000 kilometer, merupakan kekuatan pencegah dan pembalasan yang penting terhadap AS, Israel, dan musuh-musuh regional lainnya.
Iran membantah sedang berupaya mengembangkan senjata nuklir.
Teheran dan Washington telah mengadakan lima putaran perundingan nuklir sebelum perang 12 hari pecah antara Iran dan Israel pada pertengahan Juni lalu.
Israel pada saat itu melancarkan gelombang pengeboman yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Iran, dengan menargetkan fasilitas nuklir dan militer Teheran, serta area permukiman, yang menewaskan lebih dari 1.000 orang, termasuk para ilmuwan nuklir negara tersebut.
Iran membalas dengan melancarkan rentetan serangan rudal balistik dan drone yang ditargetkan ke kota-kota Israel.
Tel Aviv memandang Teheran sebagai ancaman eksistensial. Namun Iran mengatakan rudal balistiknya, dengan jangkauan hingga 2.000 kilometer, merupakan kekuatan pencegah dan pembalasan yang penting terhadap AS, Israel, dan musuh-musuh regional lainnya.
Iran membantah sedang berupaya mengembangkan senjata nuklir.
