RI Peringkat 3 Ekonomi Halal Dunia, Busana Muslim Jadi yang Populer

Posted on

Ekosistem produk halal Indonesia kembali menorehkan prestasi dalam pengembangan ekonomi halal internasional.Berdasarkan laporan State of the Global Islamic Economy Indicator (SGIE) Report Tahun 2024 yang dirilis oleh DinarStandard, Indonesia mempertahankan peringkat ketiga dunia secara keseluruhan, sekaligus mencatat kemajuan signifikan di sejumlah sektor unggulan.

Kepala Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) RI, Ahmad Haikal Hasan mengatakan Indonesia masih menjadi juara bertahan di peringkat ketiga meskipun di berbagai sektor mengalami peningkatan yang signifikan.

“Laporan SGIE ini harus kita perhatikan dan menjadi motivasi kami bersama seluruh stakeholders untuk membangkitkan semangat dan kinerja agar di tahun yang akan datang bisa peringkat pertama,” ungkap Ahmad Haikal Hasan dalam keterangan tertulis, Jumat (11/7/2025).

“Dan sebagai titik tolak untuk melompat lebih tinggi dan memainkan peran utama Indonesia dalam membentuk masa depan ekonomi halal dunia yang inklusif, inovatif, dan berkeadaban. Untuk itu, penguatan di semua sektor industri halal harus terus kita perkuat melalui kolaborasi semua pihak, dengan satu visi yakni menjadikan Indonesia sebagai pusat halal dunia.” sambungnya.

Peningkatan capaian SGIE 2024 yang paling menonjol adalah Indonesia berhasil naik ke peringkat pertama dunia untuk sektor modest fashion atau busana muslim. Selain itu, Indonesia juga menduduki peringkat kedua dalam sektor pariwisata ramah muslim serta farmasi dan kosmetik halal.

Sekretaris Utama Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) RI, Muhammad Aqil Irham, mengatakan bahwa capaian tersebut tidak terlepas dari upaya serius pemerintah dalam mendorong ekosistem industri halal nasional.

“Kita bersyukur terdapat sejumlah kemajuan di sejumlah sektor unggulan industri halal dalam rilis SGIE Report 2024. Ini merupakan capaian kinerja pemerintah yang terus berupaya memperkuat ekosistem halal nasional melalui berbagai upaya strategis,” katanya.

“Pencapaian Indonesia sebagai peringkat pertama di sektor modest fashion adalah hasil nyata Indonesia Global Halal Fashion (IGHF) yang kita jalankan ke lima negara, dimulai dari ajang fashion week di Indonesia pada Maret 2024, kemudian di Malaysia pada Agustus 2024, dan selanjutnya di London UK, Milan Italia, dan Paris pada September 2024.” lanjutnya.

Sebagai informasi, IGHF merupakan kolaborasi bersama antara pemerintah, pelaku industri tekstil, para designer dan produsen kain halal di Tanah Air. IGHF yang dilaunching pada gelaran Indonesia Fashion Week, di JCC Jakarta pada Kamis, 28 Maret 2024 lalu, bertujuan untuk mendorong pengembangan industri produk fesyen muslim Indonesia dengan memperkenalkan fashion halal wised karya desainer Tanah Air. Produk yang tampil di ajang ini mengusung ciri khas dan keunikan tekstil yang sarat dengan nilai budaya Indonesia, seperti tenun, songket, batik dan sebagainya.

“IGHF memang diharapkan menjadi wadah strategis guna mendorong promosi dan penguatan industri fesyen dalam mengantarkan Indonesia sebagai kiblat fesyen muslim dunia,” ujar Aqil.

“Jadi IGHF lebih dari sekadar mempromosikan produk fashion halal Indonesia ke pasar dunia, tapi juga membuktikan bahwa produk halal kita mampu kompetitif secara kualitas di pasar dunia.” imbuhnya.

Lebih lanjut, Aqil mengatakan bahwa penguatan ekosistem industri produk fesyen muslim dilakukan dalam rangka menyambut mandatory atau kewajiban sertifikasi halal bagi barang gunaan termasuk produk fesyen yang akan diberlakukan mulai Oktober 2026.

Penguatan industri fesyen muslim ini dimulai dari sektor hulu yang berkaitan dengan akses bahan baku, produksi,branding, serta kegiatan pameran dan promosi. Sektor hulu dimulai dari produk fesyen tekstil atau kain bersertifikat halal, yang dipastikan memudahkan produksi fesyen Muslim, untuk selanjutnya didukung pula dengan promosi yang optimal.

Pada SGIE 2024, peningkatan signifikan lain juga diraih Indonesia di sektor Muslim Friendly Tourism (Wisata Ramah Muslim), di mana Indonesia melesat naik ke peringkat dua dari yang sebelumnya pada tahun 2023 Indonesia tidak masuk 10 besar dunia. Capaian ini tidak terlepas dari upaya pemerintah mengakselerasi sertifikasi halal bagi produk makanan dan minuman di 3.000 desa wisata melalui sinergi BPJPH dan Kemenparekraf.

Di sektor farmasi dan kosmetik, Indonesia juga naik secara signifikan ke peringkat kedua dari sebelumnya di peringkat kelima pada 2023 lalu, dan hanya terpaut dari Malaysia di peringkat pertama. Sedangkan di sektor Islamic Finance, Indonesia berhasil naik satu tangga dari peringkat ketujuh pada 2023 menjadi peringkat keenam.

Namun, di sektor halal food, Indonesia turun dari peringkat kedua pada 2023 lalu menjadi peringkat keempat. Pada sektor media dan rekreasi, Indonesia juga turun dari peringkat keenam pada 2023 lalu menjadi peringkat ketujuh.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *