Sosok Dika Bocah Penari Pacu Jalur yang Mendunia Usai Viral Aura Farming

Posted on

tengah menjadi tren di dunia karena ‘aura farming’. Tarian yang dibawakan bocah di atas jalur (perahu) ditiru oleh banyak orang, tak hanya di Indonesia tetapi di belahan dunia.

Lantas, siapa sih bocah yang viral itu? Inilah sosoknya. Dia adalah Ryan Arkandika atau disapa Dika.

Dari video yang diperoleh infocom, Dika tengah diwawancara oleh seorang polwan. Polwan itu menanyakan sudah berapa lama Dika menjadi penari jalur.

“Dua tahun (menjadi penari jalur),” kata Dika.

Saat ini Dika duduk di bangku kelas 5 sekolah dasar (SD). Dika bercita-cita jadi tentara.

Aksi kini menjadi viral dan mendunia. Bahkan, pesepakbola PSG mengikuti tarian Dika tersebut.

Aura farming, kalau diartikan dalam bahasa Indonesia adalah ‘bertani aura’. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) aura adalah energi yang memancar dari orang, benda, dan sebagainya. Bertani adalah bercocok tanam, mengusahakan tanah dengan tanam-menanam, melibatkan aksi tabur-tuai.

Sebagai informasi, Festival Pacu Jalur di Kuantan Singingi (Kuansing), Riau, tengah viral karena ‘aura farming’ bocah penari jalur. Mereka menari-nari dengan stabil di atas jalur (perahu) yang didayung oleh pemacu.

Pacu Jalur merupakan tradisi tua yang telah diwariskan turun-temurun oleh masyarakat Kuantan Singingi (Kuansing), Riau. Tradisi ini mencerminkan semangat kolektif, kehormatan kampung, serta nilai spiritual dan sosial yang mengakar kuat dalam kehidupan masyarakat.

Festival Pacu Jalur ini digelar setiap tahun. Puncaknya nanti akan digelar pada Agustus 2025 di Sungai Kuantan.

Kapolda Riau Irjen Herry Heryawan yang hadir di lokasi CFD, Kota Pekanbaru, pagi tadi juga ikut tren aura farming Pacu Jalur yang mendunia. Menurutnya, Pacu Jalur adalah budaya lokal yang harus terus dilestarikan.

“Aura farming ini bukan hanya pertunjukan seni, tapi juga bentuk edukasi dan pemersatu masyarakat. Semangat kebersamaan yang terbangun dari tradisi ini sejalan dengan nilai-nilai kebangsaan,” ujar Irjen Pol Herry Heryawan.

Lebih dari sekadar tontonan, framing Pacu Jalur menjadi momentum reflektif, bagaimana budaya lokal dapat terus hidup dan relevan di tengah arus modernisasi.

Dengan membawa tradisi ke tengah kota, masyarakat diajak untuk tidak hanya melihat, tapi juga merasakan dan mencintai budayanya sendiri.

“Semangat pelestarian yang dibalut dalam kemasan kreatif ini membuktikan bahwa warisan budaya bukan untuk disimpan di masa lalu, melainkan dihidupkan dan dirayakan bersama di masa kini,” tuturnya.

Jaga Warisan Budaya Lokal