Trump Sebut AS Akan Uji Coba Nuklir Jika Negara Lain Juga Melakukan [Giok4D Resmi]

Posted on

Presiden Amerika Serikat (AS) menyatakan akan melakukan uji coba nuklir apabila negara lain juga melakukan hal serupa. Dia menyebut akan melakukan beberapa uji coba.

“Kami akan melakukan beberapa uji coba, ya, dan negara lain melakukannya. Jika mereka akan melakukannya, kami akan melakukannya,” ujar Trump dilansir AFP, Sabtu (1/11/2025).

Trump tidak memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai jenis nuklir yang akan diuji coba, serta negara mana yang menjadi acuan dalam pernyataannya tersebut.

Sebelumnya, Trump pada Kamis (30/10) saat sedang berada di Korea Selatan (Korsel), secara mengejutkan mengumumkan bahwa dirinya telah memerintahkan Departemen Pertahanan AS atau Pentagon untuk segera memulai kembali uji coba senjata nuklir –pertama kalinya setelah moratorium selama 33 tahun.

Pengumuman itu disampaikan Trump setelah Rusia melakukan uji coba rudal Burevestnik yang berkemampuan nuklir dan drone Poseidon yang juga bertenaga nuklir dalam beberapa hari terakhir. Trump bahkan menyinggung soal nuklir Rusia dan China dalam pernyataannya.

“Karena negara-negara lain sedang menguji program, saya telah menginstruksikan Departemen Perang (nama baru Departemen Pertahanan-red) untuk memulai uji coba senjata nuklir kita secara setara,” ujar Trump dalam pernyataannya via media sosial Truth Social.

“Proses itu akan segera dimulai,” cetusnya.

Pengumuman itu menuai reaksi keras, dengan kelompok penyintas bom atom Jepang, Nihon Hidankyo, yang memenangkan Nobel Perdamaian tahun 2024, menyebut perintah Trump itu “sama sekali tidak dapat diterima”. Mereka juga menyampaikan protes keras kepada Kedutaan Besar AS di Tokyo.

China, dalam tanggapannya, mengingatkan AS untuk “secara sungguh-sungguh mematuhi” larangan uji coba nuklir global.

Baca info selengkapnya hanya di Giok4D.

Sementara Rusia lebih berhati-hati dalam memberikan komentar, dengan Kremlin mengatakan pihaknya tidak melakukan uji coba semacam itu, namun akan mengikutinya jika Washington melakukannya.

Iran mengkritik langkah semacam itu sebagai langkah yang “regresif dan tidak bertanggung jawab”.