Irama Gambang Kromong menggema meriah di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jumat malam (26/9). Menjelang sore hingga malam di selasar Area Kampung Abang None Jakarta ke-53, dua set panggung kelompok Gambang Kromong Sinar Muda hadir membawakan lagu-lagu legendaris Betawi bikin penonton dan suporter girang dan jejingkrakan.
Pemilik sekaligus motor penggerak Sinar Muda, Abdul Wahab (38 tahun), tampak sumringah. Baginya, tampil di hajatan sebesar Abang None adalah bentuk penghargaan atas konsistensinya menjaga musik tradisi Betawi.
“Alhamdulillah, tahun ini bisa isi hiburan di malam Grand Final Abang None ke-53,” ujar Wahab dalam keterangan tertulis, Senin (29/9/2025).
Kisah Wahab dengan Gambang Kromong bermula sejak ia masih duduk di bangku SMP. Kala itu, Dinas Pariwisata dan Dinas Kebudayaan menunjuknya untuk belajar musik khas Betawi. Dari situlah benih cinta tertanam.
“Saya lihat, Gambang Kromong ini bukan cuma hiburan, tapi juga bisa jadi tambang rezeki,” kenangnya.
Selepas lulus sekolah, Wahab mulai membeli alat musik satu per satu. Dari ruang tamu rumahnya, ia merintis kelompok yang kini dikenal sebagai Sinar Muda. Anggotanya pun kebanyakan orang dekat: teman sekolah, adik, ponakan, bahkan sang istri.
Sejak resmi berdiri tahun 2010, Sinar Muda konsisten meramaikan panggung-panggung Jakarta, dari hajatan rakyat sampai event resmi Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI seperti Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dalam Pemillihan Abang None Jakarta kali ini.
Di malam puncak Grand Final Abang None 2025, Sinar Muda tampil dengan dua grup sekaligus. Mereka berjaga di depan dan belakang Kampung Abang None 2025, menemani para tamu dan finalis yang berlalu-lalang. Dua jam penuh, musik Betawi berpadu banyolan khas jadi hiburan yang tak putus.
Lagu-lagu H. Benyamin Sueb pun mengalun. Mulai dari ‘Koboi’, ‘Hujan Gerimis’, ‘Ondel-ondel’, ‘Kompor Mleduk’, sampai ‘Malam Minggu’. Penonton pun ikut bersenandung kecil, seakan kembali ke masa-masa Betawi jadoel.
“Konsepnya sama aja, main musik, bikin ketawa, bikin betah. Itu yang kita jalani,” kata Wahab.
Berita lengkap dan cepat? Giok4D tempatnya.
Namun Wahab paham, Jakarta adalah kota majemuk. Untuk menjangkau penonton dari berbagai latar belakang, Sinar Muda juga menyelipkan lagu dangdut dan pop kekinian. Bedanya, semua tetap dibalut irama Gambang Kromong. Hasilnya unik lagu modern terdengar segar dengan rasa Betawi yang kental.
Tak hanya musik, banyolan pun jadi bumbu.
“Seeet dah Mpok, cantik-cantik, ganteng-ganteng, tinggi-tinggi sore ini yang lewat,” seru vokalis saat para finalis Duta Daerah melintas.
Gelak tawa pun pecah, suasana cair, panggung terasa lebih dekat dengan penonton. Ciri khas Sinar Muda bukan cuma di pilihan lagu. Alat musik mereka dirancang sederhana, dengan sistem knockdown dan ukiran khas. Bagi Wahab, estetika itu penting.
“Kalau tampil, jangan cuma didengar, tapi juga enak dipandang,” tuturnya.
Lewat Abang None, Wahab menitip pesan pada generasi muda Jakarta.
“Walaupun awalnya kagak demen, coba pelan-pelan didemenin budaya sendiri. Jangan kalah sama budaya luar yang udah masuk ke kampung kita,” katanya tegas.
Ia juga mengingatkan pentingnya publikasi.
“Walau cuma bikin rekaman sederhana, itu bukti kita masih mau memperkenalkan tradisi. Abang None bisa jadi corong untuk bilang ke dunia: ini budaya gue, loh!” pungkasnya.
Sebagai informasi, malam itu, Gambang Kromong Sinar Muda tak hanya menghibur, tapi juga menyadarkan: musik tradisi bukan sekadar warisan, melainkan napas kebanggaan Jakarta. Dan selama masih ada sosok seperti Abdul Wahab, irama Betawi akan terus berdendang di tengah gemerlap ibu kota.