Komentar Menlu AS Soal Tragedi Tiananmen Bikin China Marah

Posted on

Menteri Luar Negeri (Menlu) (AS) memancing kemarahan dengan komentar terbarunya mengenai tragedi Tiananmen, yang diperingati pada Rabu (4/6) waktu setempat. Beijing menyebut komentar Rubio itu sebagai “serangan” dan telah “mendistorsi fakta sejarah”.

Dalam tragedi pada 4 Juni 1989 silam, pasukan dan tank-tank China secara paksa membersihkan para demonstran damai dari Alun-alun Tiananmen di Beijing, setelah mereka berunjuk rasa selama berminggu-minggu menuntut kebebasan politik yang lebih besar.

Jumlah korban tewas secara pasti dalam insiden itu tidak diketahui, namun ratusan orang dilaporkan tewas, dengan beberapa perkiraan menyebut korban tewas melebihi 1.000 orang. Penguasa China sejak saat itu berusaha menghapus penyebutan publik soal insiden tersebut.

Komentar Rubio yang memicu reaksi keras China itu disampaikan saat 36 tahun peringatan yang jatuh Rabu (4/6).

“Pernyataan keliru oleh pihak AS secara jahat mendistorsi fakta sejarah, dengan sengaja menyerang sistem politik dan jalur pembangunan China, dan secara serius mencampuri urusan dalam negeri China,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian, seperti dilansir AFP, Rabu (4/6/2025).

“Pihak China sangat tidak puas dengan komentar ini dan dengan tegas menolaknya. Kami telah mengajukan protes serius kepada pihak AS,” tegas Lin.

Simak berita selengkapnya di halaman berikutnya.

Rubio, dalam komentarnya, mengatakan “dunia tidak akan pernah melupakan” apa yang terjadi pada 4 Juni, bahkan ketika Beijing “secara aktif mencoba menyensor fakta”.

“Hari ini, kita mengenang keberanian rakyat China yang terbunuh saat mereka mencoba menjalankan kebebasan fundamental mereka, serta mereka yang terus mengalami penganiayaan saat mereka mencari pertanggungjawaban dan keadilan atas peristiwa 4 Juni 1989,” kata Rubio.

Lin dalam pernyataan menanggapi langsung komentar Rubio, menegaskan China telah sejak malam memiliki kesimpulan jelas soal insiden itu.

“Mengenai kekacauan politik yang terjadi pada akhir tahun 1980-an, pemerintah China telah lama memiliki kesimpulan yang jelas,” tegas Lin.