Gegara ‘Asbun’ Soal Beras, Menteri Pertanian Jepang Mengundurkan Diri

Posted on

Menteri Pertanian Jepang Taku Eto mengumumkan pengunduran dirinya pada hari Rabu (21/05) menyusul reaksi keras atas komentarnya yang dianggap tidak pantas tentang beras.

Eto dikecam awal minggu ini setelah menyatakan bahwa ia “tidak pernah harus membeli beras” karena para pendukungnya memberikan beras kepadanya. Kata-katanya ini lantas memicu kegeraman publik di tengah kelangkaan pasokan beras nasional dan melonjaknya harga.

Sebagaimana di Indonesia, beras merupakan makanan pokok di Jepang, dan komentar Eto dianggap tidak sensitif di masa harga eceran beras di negara ini telah naik dua kali lipat sejak tahun lalu.

“Saya membuat pernyataan yang sangat tidak pantas pada saat warga menderita karena melonjaknya harga beras,” ujar Eto kepada wartawan setelah mengajukan pengunduran dirinya di kantor perdana menteri.

Pemerintah Jepang telah menerapkan langkah-langkah sejak Maret untuk mengekang kenaikan harga, termasuk mengeluarkan berton-ton beras dari stok daruratnya, tetapi upaya ini sejauh ini gagal membuahkan hasil.

Dukungan publik untuk Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba juga telah menurun tajam.

Menurut jajak pendapat Kyodo News yang dirilis hari akhir pekan lalu, tingkat dukungan terhadapnya turun menjadi 27,4%, bulan sebelumnya tingkat dukungan masih 32,6%.

Jajak pendapat yang sama mengungkapkan bahwa 87,1% responden menilai respons pemerintah terhadap kenaikan harga beras tidak memadai.

Stok beras pemerintah mencatatkan capaian tertinggi dalam 57 tahun terakhir. Demikian dikutip dari Tempo. Serapan beras Bulog juga menampilkan tren positif. Ada sebanyak 1,8 juta ton beras yang terserap pada Januari sampai dengan awal Mei 2025. Semua beras itu adalah hasil serapan dari petani lokal tanpa campur tangan impor beras medium pada periode Januari-Mei 2025.

Bulog bahkan menyewa tambahan gudang berkapasitas 1,1 juta ton. Sementara itu, data Badan Pusat Statistik (BPS) melalui Kerangka Sampel Area/Amatan Maret 2025, memprediksi produksi beras dalam negeri akan mencapai 18,76 juta ton hingga berakhirnya Juni 2025.

Kementerian pertanian Indonesia juga mengacu pada laporan terbaru Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) yang menyebut produksi beras Indonesia pada 2025 akan mencapai 34,6 juta ton. Jumlah itu memosisikan Indonesia sebagai produsen beras terbesar di kawasan Asia Tenggara, serta dinilai memperkuat perannya sebagai lumbung pangan saat ancaman krisis pangan global.

Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Inggris

Diadaptasi oleh Ayu Purwaningsih

Editor: Yuniman Farid

Kenaikan harga menjadi tantangan bagi pemerintah Jepang

Bagaimana di Indonesia?