Catatan Ringan Kesempurnaan Spiritual Haji

Posted on

Alhamdulillah, umrah wajib selesai jam 01.00 WAS pada 31 Mei 2025. Lama memang menunggu untuk umrah, sejak kedatangan dini hari sehari sebelumnya. Ini diakibatkan, distribusi jamaah dalam satu kloter terbagi di beberapa hotel sehingga memakan waktu lama.

Berbeda ibadah haji kali ini dibanding sebelumnya. Namun, tetap syukuri dan nikmati saja, sudah jalannya. Saat umrah tadi malam (31/5), tidak ada yang ditanyakan, apalagi diperiksa di area Masjidil Haram, termasuk kartu Nusuk. Sehingga saat Thawaf dan Sa’i lebih khusyu, termasuk saat memasuki area Masjidil Haram.

Adapun suasana thawaf justru di luar prediksi. Ternyata, berbeda saat ibadah haji tahun 2013 dan 2018, sunggung lenggang (meskipun pasti padat), namun tidak berjejal.

Dari segi makanan, nasi ditambah lauk dan sayur. Ibadah haji tahun sebelumnya, yang saya ikuti, ada tambahan menu satu, jadi variannya lebih banyak dan bergairah. Secara keseluruhan, nasi lebih baik, kadang ada rasa Indonesia, dibanding sebelumnya hanya nasi putih, terutama saat sarapan. Jadi lebih berselera.

Dengan basis syarikah, pengelolaan pun berubah dari sebelumnya, termasuk layanan makanan. Semua menunya sama, baik di hotel, wilayah dan sektor manapun sama.

Perbedaan haji sekarang dengan syarikah adalah dalam hal penyelenggaraan layanan jemaah. Syarikah adalah badan usaha yang ditunjuk oleh Pemerintah Arab Saudi untuk melayani jemaah haji, mulai dari akomodasi, konsumsi, transportasi, hingga bimbingan ibadah.

Sistem syarikah ini menggantikan sistem sebelumnya yang lebih berbasis wilayah. Maka, tidak heran jika suami dan istri terpisah. Jemaah lansia terpisah juga dengan pendampingnya, atau bahkan anak dan orang tua pun terpisah.

Ataupun kartu Nusuk sebagai identitas sekaligus ‘tiket’ yang memberikan akses terhadap berbagai layanan serta digunakan dalam setiap tahap pelaksanaan ibadah haji, bahkan sampai berhari-hari jemaah ada yang belum mendapatkan.

Namun percayalah, Indonesia adalah negara dengan pengelola haji terbaik di dunia. Rangkaian tahun ini, sebagai transisi syarikah yang bakal terus beradaptasi dan diperbaiki.

Ibnu Umar pernah menyatakan, “Di antara ciri orang yang mulia adalah orang yang paling baik perjalanan ibadah hajinya. Dan di antara ibadah haji seseorang yang paling utama adalah yang paling tulus niatnya, paling bersih biayanya, dan paling baik keyakinannya.”

Saya masih ingat bagaimana wukuf di Arafah di tahun 2013. Hanya tenda, penutup sengatan panas dan hamparan karpet sebagai alas, lebih dari itu tidak ada. Tidur hanya menggunakan alas kepala dari tas yang dibawa.

Di tahun 2018, perubahan pun dilakukan. Sudah ada bantal dan pakai air cooler. Bahkan tahun 2023, kabarnya sudah menggunakan kasur dan pakai AC.

Pertanyaan saya sejak 2013 kepada Kiai Sofyan Yahya–Kang Haji (Anggota DPD RI dua periode/Mantan Ketua PWNU Jabar) terus terjawab. “Ini kenapa ya Kang wukuf di Arafah sangat panas, memang tidak bisa pakai AC?” Juga, “Kang Haji, memang harus haji itu sampai 40 hari”.

Perlahan pemerintah terus menjawab, termasuk wacana mempercepat hajian menjadi 20 hari seperti kata MUI Pusat atau 30 hari seperti usulan DPR.

Terlepas apapun yang beredar dan terjadi, untuk para jemaah tetap fokus beribadah. Doakan para jemaah tetap sehat dan semua bangsa Indonesia semakin sejahtera.

Imam Ghazali dalam Ihya Ulumuddin menyebutkan jika ada orang menyebut dirinya ikhlas sesungguhnya dia tidak ikhlas. Karena urusan ikhlas, yang tahu hanya dirinya dan Gusti Allah. Wallahu’alam.

Zaini Shofari, Jemaah Haji 2025, Kloter 26 KJT. Tinggal di Hotel 305 Syisyah Makkah.